Ah Galau cu”…@Twit Nenek Moyang ku
Ah Galau cu”…@Twit Nenek Moyang ku
Kalau
saja nenek moyangku seorang pelaut datang & bisa berkicau ala
twitter tentu statusnya akan “Ah galau….melihat kepulauan nusantara yang
ternyata tidak bisa meningkatkan perdagangan “
Selama
berabad-abad nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan laut
sebagai sarana perniagaan dan sumber penghidupan. Laut menjadi sumber
kejayaan dari kerajaan nusantara, dan berbagai suku bangsa di wilayah
nusantara pada saat itu telah memanfaatkan keberadaan laut walau dengan teknologi
yang sangat sederhana dalam dunia pelayaran. Semua demi usaha
memenuhi kebutuhan hidup. Mereka mengadakan perdagangan antar pulau
secara efektif, efisien, cepat, nyaman dan terjangkau sesuai dengan
kepentingan nasional.
Sejarah
mencatat bahwa awal dari kebangkitan pelayaran pertama kali yaitu pada
zaman kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Pelaut-pelautnya yang
handal menjelajah ke berbagai pelosok, perdagangan maju pesat. Lambat
laun keadaan ini mulai suram seiring dengan datangnya pedagang-pedagang
dan pelayar dari Eropa yang mulai menancapkan kuku penjajahannya di bumi
pertiwi.
Berada dalam skala waktu sekarang, setelah merasakan berbagai periode berbangsa, perdagangan pelayaran asing yang merambah bisa kita artikan dengan contoh maraknya produksi Impor china dalam kegiatan perekonomian di pasar lokal. Sebut saja mulai dari pakaian,mainan, alat-alat rumah tangga,sampai buah impor. Berdasarkan
survey Forum Ekonomi dunia sehubungan dengan daya saing global,
kualitas infrastuktur pelabuhan Indonesia dinilai semakin kalah saing.
China mampu memiliki kompetisi yang lebih kuat ,mengimpor dari China
lebih murah dan biaya pengiriman pun terjangkau dibanding melakukan kegiatan perdagangan interinsuler.
Misi
logistik adalah “mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat,
dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat, dengan biaya
yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi profit bagi
penyedia jasa logistik”. Jika hal tersebut tidak terpenuhi alias beban
biaya trasportasi di pasaran interinsuler lebih besar mungkin sekali
terjadi banjirnya barang impor
yang tidak terkendali. Karenanya, logistik selalu berkutat dalam
menemukan keseimbangan untuk 2 hal yang amatlah sulit untuk
disinergikan, yaitu menekan biaya serendah-rendahnya tetapi tetap
menjaga tingkat kualitas jasa dan kepuasan konsumen. Dan pada akhirnya
kita mengetahui siapakah yang menjuarai di pasar.
Mengutip harian kompas Jumat , 8 Maret 2013 “Membeli jeruk Medan dan dijual ke Jayapura, Buah Matoa dari Papua dipasarkan di Sumatera”, bukankah ini contoh khasanah perdagangan interinsuler yang perlu digiatkan. Namun kegiatan perdagangan ini akan menjadi tidak effisien jika antar pulau dari Timur ke Barat tidak
ditunjang dengan urusan logistik pelayaran yang memadai. Selain itu
diperlukan Pola berpikir yang berubah bahwa kita mampu menjadi “Tuan di
rumah sendiri” dengan mengedepankan kesejahteraan bersama. Perdagangan
bisa berjalan lancar jika birokrasi bisa dipangkas, tertip administrasi
dijalankan dengan melarang adanya kutipan biaya-biaya siluman. Berikan
porsi lebih kepada ekonomi kerakyatan melalui usaha kewirausahaan di pasar lokal. Propagandakan kembali Aku cinta Buatan Indonesia”atau ACI “Aku Cinta Indonesia.”
Memperlancar arus perpindahan barang
melalui perairan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan
teratur, nyaman, dan berdaya guna, dengan biaya yang terjangkau oleh
daya beli masyarakat adalah harapan bersama. Membereskan pelabuhan
sangat perlu demi meningkatkan upaya perdagangan. Pengangkutan tidak
effisien, beban ongkos terasa berat, kualitas infrastuktur pelabuhan
yang minim, belum adanya sistim integrasi yang terhubung untuk pelabuhan-pelabuhan utama adalah hal-hal radikal yang perlu dibenahi demi
layanan logistik yang lebih baik. Tanpa melupakan unsur jalan yang
kerap macet total dan banjir dimana perlu ditata kembali, karena menunda
waktu transportasi menuju pelabuhan. Selain itu perlu revitalisasi visi bersama antara Dinas Perhubungan, Otoritas pelabuhan, Pemerintah Daerah dan PT.KAI dengan menjadikan kereta api sebagai moda transportasi menuju pelabuhan.Ternyata masih banyak yang perlu dibenahi dan diurus, serta pelaksanaan kongkrit bukan sekedar wacana untuk perbaruan perekonomian bangsa. Jadikan bangsa kita mampu untuk mengendalikan perdagangan interinsuler karena kita memiliki kompetensi berpangsa pasar besar dan memiliki kekuatan maritim kepulauan yang dapat diandalkan. Mari berikan dampak perubahan yang signifikan terhadap pertumbuhan perekonomian.
Akhirul kalam, sebelum menutup tulisan ini, saya pribadi sangat terinspirasi dari ruang “Fokus di harian Kompas Jumat, 8 Maret 2013 “Membereskan Pelabuhan meningkatkan Perdagangan” sehingga mencoba menanggapi nya. Semoga bisa berbagi dan jangan “sampai nenek moyang kita seorang pelaut” berkicau di akun twitter dengan sumpah serapahnya.
Comments