Refleksi Hari Kemerdekaan 74 tahun
74 tahun perjalanan bangsa yang berharkat dan bermartabat, apakah akan terberangus karena gamang identitas.“Bhineka Tunggal Ika “seakan tenggelam dengan menguatnya konservatisme yang muncul dalam beragama saat kini.
Sebuah jajak pendapat memastikan tren menguatnya konservatisme di kalangan umat Muslim Indonesia. Studi ini juga mencatat mayoritas menilai ancaman terbesar terhadap Islam berasal dari umat Muslim sendiri.
Konservatisme kian mengakar di Indonesia. Menurut jajak pendapat yang dipublikasikan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura, sekitar 82% penduduk Indonesia mendukung anggapan bahwa perempuan harus berhijab sebagai bagian dari penerapan hukum Islam. Survey tersebut melibatkan 1.620 responden di 34 provinsi.
Hanya 9% responden yang menilai dampak positif penerapan hukum Islam "sangat terbatas atau tidak ada sama sekali." Sebaliknya 67% menanggap penerapan Syariah Islam akan mampu menjaga tenun moral masyarakat. Sejak reformasi 1998 yang menanamkan kebijakan desentralisasi, sudah sebanyak 440 Peraturan Daerah Syariah yang disahkan.
Namun saat yang bersamaan sebagian besar responden menilai ancaman terbesar terhadap Islam tidak berasal dari luar, melainkan dari umat Muslim sendiri. Terutama keterlibatan tokoh agama di panggung politik dianggap bisa melukai integritas Islam.
Kutipan Identity Politics: Mobilising Religious Sentiment in Democratic Indonesia" yang disusun Abdil Mughis Mudhoffir, dkk. menyebutkan kesalehan masyarakat Islam Indonesia juga tercermin dalam perilaku konsumsi mereka yang lebih memilih produk perbankan syariah, sekolah Islam, fashion islami dan bahkan obat-obatan islami. Kesalehan itu juga ditandai lebih banyak Muslim perkotaan yang bergabung dengan kelompok Islam konservatif yang berkembang melalui majelis taklim atau majelis zikir.
Nasionalisme tidak boleh diartikan dengan arti negatif atau anti asing dengan perilaku fanatik. Merubah pola pikir diri sendiri seperti kurang tebuka atau kolot terhadap perubahan zaman sangatlah penting pada abad 21 ini. Karena sekarang ini kita tidak hanya hidup sendiri menghargai pluralisme merupakan bagian dari nasionalisme terhadap bangsa kita sendiri.
Sebaliknya, rasa nasionalisme pada masyarakat menjadi ancaman, ketika mereka mudah dipengaruhi oleh paham yang bertentangan dengan Pancasila. Hilangnya rasa kebangsaan tersebut, disebabkan oleh efek globalisasi, sentimen kelompok yang mengarah pada agama,dan stabilitas nasional serta pendidikan.
Dus, refleksi kemerdekaan 74 tahun perjalanan bangsa seharusnya menyadarkan kita sebagai bangsa yang berkepribadian Indonesia dengan sejuta keindahan keragamaan suku bangsa,agama dan budaya bangsa. Inilah yang membentuk indonesia , bangsa yang terlahir memiliki sifat hakiki sebagai bangsa Indonesia. Dan satu hal lagi perlu diingat , bukan agama merusak watak manusia, melainkan manusia sering kali merusak agama.
*opini ref dari berbagai sumber
#pustakaaristoteles
Comments