Puasa,Paskah dan Bang Ade
11 April 2022, .......
Awal minggu jelang saat Trisuci Paskah, bersamaan ibadah puasa Ramadan, masyarakat plus enamdua, diperlihatkan aksi Kekerasan yang dialami Ade Armando.
Peristiwa itu seharusnya tidak perlu terjadi, pada saat mahasiswa berunjuk rasa. Kita pun sepakat bahwa kekerasan kepada siapapun dan untuk tujuan apapun tidak dibenarkan. Namun, karena ada penggerakan massa yang kurang cerdas menyusup bergerak sesuai dengan agenda keinginan mereka, terjadilah peristiwa itu.
Kekerasan alias Main hakim sendiri (Eigenrichting) adalah tindakan kesewenang-wenangan individu atau sekelompok orang dengan melakukan kekerasan terhadap orang lain. Kejadian mungkin hanya sesaat, efeknya merugikan bersama, memungkinkan seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan-tindakan destruktif dan sadis, di luar rasio individu (kemanusiaan) dari para pelakunya, biasanya karena ada dorongan keberanian dari yang lain. (Ini adalah semacam sihir sosial yang terjadi dari efek kerumunan massal (tauran, unjuk rasa), seolah muncul hasrat untuk ikut emosi melakukan kekerasan, walau belum tentu pelaku memiliki masalah pribadi dengan korban).
Hal ini menjadi lebih parah jika sentimen “ Social trust, Kepercayaan Berjamaah Terusik “, biasanya berawal dari masalah sederhana saja yakni tidak mampu menerima perbedaan, melahirkan Kebencian, intoleransi, dan berujung pada kekerasan yang menuai ketidakpercayaan sosial dan kecurigaan massal .
Akhirnya saya berpendapat secara pribadi, dalam situasi seperti ini, bisa saja orang-orang dalam kesehariannya walau memegang nilai yang baik ataupun tidak, mereka mempunyai kemungkinan yang sama untuk melakukan kekerasan pada orang lain.
Ketika saya menulis opini ini, Hari ini adalah Kamis putih dalam Perayaan Trisuci Paskah umat Kristiani. Dalam bahasa Inggris disebut Holy Thrusday (Kamis Suci) atau Maundy Thrusday. Kata “maundy” / kata Latin “mandatum”, sebagaimana dikatakan Yesus dalam Injil Yohanes 13: 34, “Mandatum novum do vobis, ut diligatis invicem; sicut dilexi vos, ut et vos diligatis invicem”. (kutipan Injil berbahasa Latin ini dalam Bahasa Indonesia, yakni: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi”. )
Perintah baru Yesus sangat jelas: SALING MENGASIHI! akan tetapi, justru perintah baru ini sulit untuk konsisten dilakukan.
Kadang mengasihi orang lain itu begitu sulit kita lakukan. Kecenderungan kita terlalu berkutat pada diri sendiri, ibarat melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak kita ketahui. Jujur saja, jaman sekarang kita diperhadapkan dengan pilihan gaya hidup yang instant, hedon, pansos ( panjat sosial untuk disebut crazy rich, sultan) serta narasi- narasi kehidupan fiksi sehingga sulit berfikir realitas. Pertimbangan sekarang dihitung dari sudut pandag diri sendiri dan membandingkan diri dengan orang lain.
Saling mengasihi menjadi barang langka. Padahal kita bisa mengasihi sesama dengan cara sederhana melaui rasa Empati terhadap sesama .
Empati adalah kemampuan untuk melihat situasi dari perspektif orang lain. Ini melibatkan sudut pandang, emosi, dan kesulitan yang dialami seseorang. Kita menempatkan diri pada posisi mereka dan merasakan apa yang mereka rasakan. Misalnya kita sepakat dalam keberagaman dalam berbangsa, sepakat akan Bhinneka Tunggal Ika. Sepakat untuk tidak saling usil akan perbedaan. Tidak memaksakan kehendak serta bisa membedakan mana ranah privat dan ranah publik.
Sikap saling empati seperti ini akan membawa dampak positif bagi negeri ini, sehingga kita mampu bertahan dalam narasi kondusif akan Social trust alias kepercayaan 'berjemaah yang terusik.
Empati itu menawarkan rasa mengasihi . Sehingga Kita bisa menjunjung dan melestarikan kembali budaya gotong royong dan tepa slira yang sudah diajarkan nenek moyang kita dulu.
Mulailah dari dari kita sendiri, untuk membangun sikap empati dan menularkan kepada orang disekitar kita, maka niscaya negara kita tercinta ini pun akan menjadi bangsa yang kuat dan sehat.
Mengasihi tidak perlu muluk, tidak perlu banyak teori. Hidup itu menjadi lebih bernilai dan berharga, ketika kita bisa menghormati hidup orang lain di luar sana.
Sehingga kita bisa berkata “Stop kekerasan “ dan tetap saling mengasihi .
Teriring doa semoga Bang Ade cepat pulih dan dapat beraktifitas kembali. Semoga hukum ditegakkan atas kasus ini.
Serta Selamat menjalankan Trisuci Paskah
Selamat menjalankan Ibadah Puasa
Saskia Ubaidi
Pustaka Aristoteles
Comments