Demokrasi: Mencari Makna Sejati dalam Pesta Suara Rakyat.

Demokrasi: Mencari Makna Sejati dalam Pesta Suara Rakyat.

Dalam waktu dekat, gemuruh pesta demokrasi akan kembali menghiasi tanah air. 

Sebuah pertanyaan muncul, apakah kita akan melihat slogan yang mencerminkan esensi sejati demokrasi, akan berubah menjadi  "Demokrasi dari rakyat jelata, oleh rakyat jelata, untuk rakyat pejabat"?  meskipun satir, slogan ini  membangkitkan kesadaran akan tantangan dalam partisipasi aktif rakyat dalam demokrasi.

Seringkali, kehadiran oknum pemerintah yang lebih mementingkan diri sendiri daripada melayani rakyat menjadi hambatan. Sebut saja Kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan oleh pejabat terpilih, menyiratkan bahwa kelompok kepentingan cenderung menempatkan keuntungan pribadi di atas kepentingan bangsa secara keseluruhan.

Korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, seolah merusak fondasi bangsa, menyimpang dari nilai-nilai budaya Indonesia yang mengedepankan semangat gotong royong dan tepo saliro.

Mungkin makrifat usang. Gotong royong, adalah nilai solidaritas kerjasama, tepo saliro, adalah nilai keselarasan serta keteraturan, keduanya membentuk dasar budaya yang memperkuat kebersamaan dalam masyarakat namun banyak dilupakan tertelan budaya liberal dijaman ini.

Kembali ke pesta demokrasi nanti dimana Kita akan memilih pilihan wakil rakyat,  baik di level presiden dan anggota legislatif. Sudah sepatutnya kita mempunyai kriteria pemimpin yang mampu mengadvokasi kepentingan bangsa secara menyeluruh, dengan spirit nilai-nilai gotong royong dan tepo saliro.

Demokrasi yang sehat harus didasarkan pada sikap memperjuangkan kepentingan bangsa secara menyeluruh, bukan sekedar pragmatis namun etis dalam mengutamakan keadilan dan kerjasama dalam membangun masyarakat.

Demokrasi yang berakar pada nilai-nilai gotong royong dan tepo saliro menjadi instrumen efektif untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Oleh karena itu, saat kita bersiap menyambut pesta demokrasi, sebaiknya Kita menyiapkan sebuah pertanyaan. Siapa kira-kira yang mampu menerapkan Dan menjaga nilai-nilai luhur bangsa dalam setiap tindakan yang demokratis. 

Dan pada akhirnya, nilai demokrasi yang sehat seharusnya juga akan berkelindan dengan watak kepribadian bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila. 

Pancasila, sebagai dasar negara, menyatukan nilai-nilai seperti ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Demokrasi yang bersandar pada Pancasila akan menjaga keutuhan dan keadilan dalam menjalankan sistem pemerintahan. 

Hal ini memastikan bahwa setiap tindakan demokratis yang mengakomodasi keragaman dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, akan menciptakan kehidupan bermasyarakat yang seimbang dan harmonis sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. 

Dengan demikian, demokrasi tidak hanya menjadi alat politik, tetapi juga sarana untuk memperkuat jati diri dan karakter nasional.

Dalam merayakan pesta demokrasi, kita dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga esensi sejati demokrasi. Kembali pada Slogan yang satir tadi, mengingatkan kita pada risiko demokrasi yang terdistorsi oleh kepentingan pribadi pejabat. 

Nilai-nilai gotong royong, tepo saliro dan kepribadian Pancasila sebagai panduan, akan membentuk dasar budaya yang kuat untuk memastikan demokrasi bukan hanya alat politik, tetapi juga sarana untuk memperkuat jati diri dan karakter nasional, menjaga keutuhan serta keadilan dalam menjalankan sistem pemerintahan.

Maka, dalam setiap langkah demokratis yang diambil, pertanyaannya bukan hanya tentang siapa yang terpilih, tetapi siapa yang akan menjaga nilai-nilai luhur bangsa ini tetap terjaga dan menjadi cahaya terang Ketika menjajaki perjalanan demokrasi ke depan.

#pustakaristoteles
 

Comments

Popular posts from this blog

Jalur Pendidikan HBS - Hogereburgerschool

Kampung Arab Pekojan

Tjakrabirawa di malam kelam 1 Oktober 1965