Dari Panggung ke Parlemen: Artis Beraksi di Dunia Politik

IMHO…
Fenomena artis masuk parlemen yang memang pro & kontra

Kaum Pro Artis Masuk Parlemen karena urusan kenaikan jumlah kursi. 
Partai politik yang mengajak artis masuk parlemen seringkali berhasil meningkatkan jumlah kursi yang mereka peroleh. Artis memiliki basis penggemar yang besar, yang dapat mengubah lanskap politik dengan cepat.

Selain itu alasan gimik ya, wajah Tampan/Cantik sebagai Anggota legislatif, mungkin menambah keceriaan tersendiri, senang karena kehadiran artis di parlemen dapat membuat suasana rapat lebih segar. Wajah tampan atau cantik artis juga bisa menjadi daya tarik tersendiri ( hmmm walau subjectif ) 

Bagian dari Kontra Artis Masuk Parlemen ya pasti minim kompetensi dan wawasan pengetahuan. Kehadiran artis di parlemen menimbulkan pertanyaan besar tentang kompetensi dan pengetahuan mereka tentang masalah-masalah kebijakan yang kompleks. Popularitas di dunia hiburan belum tentu sejalan dengan keahlian yang dibutuhkan untuk memimpin di panggung politik.

JIka artis masuk parlemen kalau terlalu besar porsinya di parlemen, menurut saya akan menjadi Demokrasi Representatif yang konyol dan contoh dari politik selebriti yang ambigu yang tidak ada garis embarkasi yang jelas antara hiburan dan pemerintahan. Show, manggung, dls tetap berjalan, gaji menjadi anggotan dewan tetap dapat. (Tugas anggota dewan perwakilan yang dipilih harus mewakili kepentingan konstituen mereka, bukan hanya bangga berdasarkan popilaritas suara ketika dipilih dan tidak paham apa itu tugas legislasi, dan konstituen di dapil harus dirawat dan didengar suara aspirasinya, bukan ditinggal)

Apakah fenomena ini memberi dampak pada Demokrasi di Indonesia ? Saya sih mengatakan ia, karena ini adalah sebuah dinamika kompleks antara politik dan budaya populer, dari pemahaman politik di indonesia yang konservatif , kaku menuju liberalisasi politik pasar bebas. Fenomena ini perlu dikaji , perlu dievaluasi karena pemahaman berdemokrasi mulai mengalami perubahan dalam masyarakat dan imbas dari media modern jaman now sebagai kontribusi utama. 

Tapi saya sih berpendapat, fenomena ini dapat ditangkis di awal, ketika seseorang sedang di bilik suara, apakah calon yang saya pilih benar-benar seorang yang dapat mewakii dan punya kompetensi dan dedikasi yang diperlukan untuk mewakili suara rakyat dengan baik. 

Dus, dalam demokrasi, peran artis di dalam parlemen harus dievaluasi dengan cermat. Kita harus memastikan bahwa kehadiran mereka tidak hanya menambah dramatisasi, tetapi juga memberikan kontribusi positif dalam proses pengambilan keputusan dan perwakilan masyarakat. Apalagi jangan sampai hanya unpan elite politik mendulang suara.

Hmm bener juga kata pa JK, mending memakai sistim tertutup, pemilih hanya dapat memilih partai politik secara keseluruhan, bukan calon wakil rakyat secara langsung.Surat suara dalam pemilu dengan sistem ini hanya berisi logo parpol tanpa daftar nama caleg. Dan juga meringankan tugas panitia pemilu karena sistim ini memudahkan proses rekapitulasi atau penghitungan suara.

Dan mekanisme proses pencalonan di internal partai harus memenuhi prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas. Setiap partai memiliki kriteria dan standarisasinya tersendiri. 

( disclaimer : ada juga sih artis yang akhirnya bener-bener terjun dan mengabdi dalam dunia politi- dan memang seharusnya seperti itu, fokus pada satu tujuan, bukan berkemah dalam politik seperti bongkar pasang tenda 😜) ( akhirnya demi cuan politik juga kan …….. ) 😜

#pustakaaristoteles
https://www.gelora.co/2024/03/banyak-artis-lolos-senayan-jk-usul.html


 

Comments

Popular posts from this blog

Jalur Pendidikan HBS - Hogereburgerschool

Kampung Arab Pekojan

Tjakrabirawa di malam kelam 1 Oktober 1965