Menggali Kebijaksanaan Stoik Marcus Aurelius. Menerima dan Menghadapi Perubahan dalam kehidupan Modern
Di dalam pusaran kehidupan, satu hal yang pasti dan tak terhindarkan adalah perubahan. Seperti aliran sungai yang terus mengalir, kehidupan kita senantiasa bergerak, bertransformasi, dan beradaptasi.
Marcus Aurelius, seorang filsuf Stoik dari zaman Romawi kuno, dengan bijak menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ditakdirkan untuk berubah, bertransformasi, dan pada akhirnya musnah, sehingga hal-hal baru bisa lahir.
Ditengah arus perubahan yang terus-menerus terjadi, pemikiran Marcus Aurelius memberikan perspektif dalam menavigasi berbagai tantangan dan transformasi yang relevan dalam menghadapi kehidupan modern sekarang.
Di dalam pusaran kehidupan, satu hal yang pasti dan tak terhindarkan adalah perubahan. Seperti aliran sungai yang terus mengalir, kehidupan kita senantiasa bergerak, bertransformasi, dan beradaptasi.
Transformasi dan Kematian adalah sebuah siklus kehidupan.
Kita dikatakan mengalami "Transformasi atau perubahan" jika kita mampu mengubah penampilan, sifat, karakter menjadi sesuatu yang baru dan berbeda. Ini bisa mencakup perubahan fisik, mental, emosional yang signifikan sehingga memungkinkan adanya suatu pertumbuhan dan perkembangan Baru yang berkelanjutan.
Segala hal di alam semesta tidak hanya berubah tetapi juga mengalami transformasi dan, pada akhirnya, kematian atau kehancuran.
Kita tau ulat bertransformasi menjadi kupu-kupu, dengan proses perubahan tidak mudah dan nyaman, dimana perubahan ini membutuhkan perombakan total dari bentuk sebelumnya. Hal ini menjelaskan bahwa kadang kita mengorbankan bagian dari diri kita untuk mencapai sesuatu yang baru.
Begitu juga dalam konteks yang lebih luas, bintang-bintang yang mengalami supernova menciptakan unsur-unsur yang menjadi dasar kehidupan baru.
Pohon yang tumbang di hutan menjadi sumber nutrisi bagi tanaman baru yang akan tumbuh di tempatnya. Begitu juga dalam kehidupan kita, "Patah tumbuh hilang berganti" mengingatkan kita akan transformasi dan kematian tidak hanya membawa akhir tetapi sebuah peluang untuk permulaan baru.
Marcus Aurelius menegaskan tentang sebuah siklus kehidupan, di mana yang lama harus pergi untuk memberikan ruang bagi yang baru untuk sebuah proses alami yang memastikan kelangsungan dan pembaruan.
Analogi ini juga bisa mengingatkan kita bahwa melepaskan kebiasaan lama, pemikiran usang, atau bahkan hubungan yang tidak sehat diperlukan untuk membuat ruang bagi pertumbuhan pribadi dan peluang baru. Sebuah benih bagi permulaan yang baru, dimana akan menciptakan sebuah siklus lingkaran hidup yang dinamis dan terus-menerus berkembang sehingga kita lebih matang akan Kebijaksanaan dan Ketahanan.
Mengakui dan menerima bahwa segala sesuatu berubah dan berakhir dapat membantu kita mengembangkan kebijaksanaan dan ketahanan.
Ketika kita memahami bahwa perubahan adalah konstan dan tidak bisa dihindari, kita bisa lebih siap menghadapi tantangan dan kehilangan dalam hidup. Hal ini akan membuat kita lebih bijaksana karena kita menyadari penerimaan semua hal, baik maupun buruk, adalah bagian dari perjalanan kita.
Ini pun mengingatkan saya akan pepatah “Sometimes you win, sometimes you learn.” pameo ini bermakna bahwa dalam setiap pengalaman, baik itu keberhasilan atau kegagalan, selalu ada pelajaran berharga yang bisa diambil.
Setiap kemenangan memperkuat rasa percaya diri dan setiap kegagalan memberikan kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Dengan sikap seperti ini, kita bisa menghadapi hidup dengan perspektif yang lebih positif dan resilient (tangguh /ulet) untuk belajar dari setiap perubahan yang terjadi.
Marcus Aurelius berpendapat bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menghadapi, menyesuaikan diri, dan bangkit kembali dari berbagai tantangan, kesulitan, dan perubahan yang tak terduga dalam hidup. Hal ini didasari oleh Ketahanan yang dibangun dari kesadaran bahwa kita bisa bangkit kembali dari setiap kegagalan atau kehilangan dengan lebih kuat dan lebih bijaksana. Dengan memahami dan menerima siklus perubahan ini, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang, menghadapi setiap momen dengan rasa syukur dan pengharapan akan hal-hal baru yang akan datang.
Jelas pada akhirnya ketahanan ini memang beranjak dari penerimaan realitas, yakni mengakui bahwa perubahan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan menerima kenyataan ini tanpa perlawanan yang berlebihan. Ketika kita mampu menerima kenyataan ini, kita membuka pintu untuk mengembangkan aspek penting lainnya dalam ketahanan yakni fleksibilitas.
Fleksibilitas memungkinkan kita untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, baik dalam aspek emosional, mental, maupun fisik. Dengan fleksibilitas, kita bisa lebih mudah beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, menjadikan setiap tantangan sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar. Fleksibilitas adalah kunci untuk menghadapi hidup dengan tenang dan percaya diri, siap untuk menghadapi setiap perubahan yang datang dengan hati dan pikiran yang terbuka.
Ketika kita berhasil mengembangkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan, langkah berikutnya adalah pembelajaran dari pengalaman. Mengambil pelajaran berharga dari setiap pengalaman, baik itu keberhasilan maupun kegagalan, dan menggunakan pelajaran tersebut untuk tumbuh dan berkembang adalah esensi dari pembelajaran yang berkelanjutan.
Selanjutnya, penting untuk menjaga optimisme dan harapan, yaitu sikap positif dan keyakinan bahwa hal-hal baik akan datang, meskipun kita berada dalam situasi sulit. Optimisme ini menjadi bahan bakar bagi semangat kita untuk terus maju, membantu kita melihat peluang di balik setiap tantangan.
Terakhir, kekuatan internal memainkan peran yang tak kalah penting. Dengan menemukan dan mengandalkan kekuatan dalam diri sendiri, kita mampu mengatasi rintangan dan bangkit kembali dengan lebih kuat dan bijaksana. Kekuatan ini memberi kita keyakinan bahwa kita memiliki kapasitas untuk mengatasi apapun yang menghadang, menjadikan kita pribadi yang tangguh dan resilient.
Dengan mengintegrasikan pembelajaran dari pengalaman, menjaga optimisme dan harapan, serta menemukan kekuatan internal, kita bisa menghadapi kehidupan dengan lebih penuh makna dan ketenangan, siap menghadapi setiap perubahan yang datang.
Memahami dan menerima siklus perubahan dalam kehidupan memungkinkan seseorang yang tangguh untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan penuh syukur. Dengan sikap ini, kita selalu siap menghadapi setiap momen dengan keyakinan bahwa setiap akhir adalah awal dari sesuatu yang baru dan berharga.
Sungguh menarik juga bahwa Filosofi Stoik yang diajarkan Marcus Aurelius tidak hanya memberikan panduan praktis, tetapi juga wawasan mendalam untuk membantu kita menavigasi berbagai tantangan dan transformasi yang kita alami sehari-hari.
Dalam konteks realitas politik dan kebijakan pemerintah akhir-akhir ini yang seringkali menimbulkan pro dan kontra, filosofi ini sangat relevan. Keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah terkadang memicu reaksi yang beragam di masyarakat, mencerminkan ketegangan antara perubahan dan stabilitas. Dengan menerapkan ajaran Marcus Aurelius, kita diajak untuk melihat setiap kebijakan dan perubahan yang terjadi dengan sikap yang lebih bijak dan terbuka.
Pro dan kontra yang muncul bisa dianggap sebagai bagian dari dinamika yang sehat dalam sebuah demokrasi. Dari sudut pandang Stoik, kita dapat belajar untuk tidak terjebak dalam emosi yang berlebihan, baik itu kemarahan atau euforia, tetapi lebih kepada memahami esensi dari setiap keputusan dan dampaknya bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, kita bisa lebih fokus pada solusi dan kontribusi positif daripada sekadar reaksi emosional.
Pemahaman ini mengajarkan kita untuk tetap berpegang pada prinsip ketahanan dan fleksibilitas, serta memanfaatkan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk memperkuat diri dan komunitas. Dengan cara ini, kita tidak hanya mampu menghadapi perubahan dengan tenang, tetapi juga berperan aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Indonesia.
#PUSTAKAARISTOTELES ( Saskia Ubaidi )
Comments