Setelah Pilkada ?
Ilustrasi (Wahyu Kokang/Jawa Pos)
Kita ini telah terikat pada sebuah kesepakatan nasional, bahwa kita hidup bersama dengan nilai-nilai kemajemukan yang terdiri dari beragam suku dan agama yang berbeda. Serta kita sepakat dengan dasar negara Pancasila dan sistem pemerintahan yang sesuai dengan pilar-pilar kebangsaan.
PIlkada DKI yang baru saja kita rasakan ternyata sangat melelahkan dan boleh dibilang sebagai pilkada panas yang sudah tercatat dalam sejarah. Terlalu banyak upaya untuk meninggikan suhu politik Jakarta.
Jelas terasa selipan agenda politik yang menunggangi Pilkada DKI. Mulai dari sentimen etnis, masalah keyakinan agama, pengembangan faham Kilafah, bahkan skenario kepada target untuk meruntuhkan pemerintahan Jokowi.
Secara tidak langsung semua ini memperlihatkan akibat yang bukan main-main untuk persatuan bangsa. TIdak heran belahan dukungan kepada pemilih terlihat ekstrem. Polaritas antar partai terbentuk, aksi komunal ormas serasa dihalalkan dan tentunya seluruh elemen masyarakat khawatir alias kecemasan sosial.
Paska Pilkada ini sudah sepatutnya pemimpin dan elite politik melalkukan perbaikan komunikasi kepada masyarakat Jakarta yang menuntut rekonsiliasi kedamaian dan juga tidak mengingkin aksi komunal apapun yang merugikan. Jangan ada lagi isu menempatkan agama sebagai sumber perpecahan.
Dan selebihnya berharap kepada pasangan yang terpilih bisa menjalankan amanah warga Jakarta yang telah mendukungnya .
Sebagimana dengan populernya pemahaman merekatkan tenun kebangsaan dan program-program unggulan mereka dalam mengatur stabilitas harga pokok,menciptakan lapangan kerja dan pembangunan menyeluruh SDM.
Ingat , jangan sampai kesepakatan nasional itu diingkari.
Comments