Negara di Ujung Tali
Negara di Ujung Tali
Oleh : La Sasqi
Apakah kau memilih untuk diam
Saat hukum bukan lagi palu keadilan,
Tapi senjata di tangan penguasa
Keadilan…
Apa itu keadilan
Kini ia hanyalah barang lelangan
diputarbalikkan demi kepentingan
dan dijual kepada penawar tertinggi
Apakah kau mendengar
Politisi beradu suara,
mengemis simpati, meminta tepuk tangan.
“Tolong kami,” kata mereka,
sementara tangan mereka merusak persahabatan
“Dia kawan saya”
“Dia lawan saya”
Tapi bagaimana kami percaya
Nada mereka sumbang,
menusuk telinga rakyat yang letih.
Kami dipaksa mendengar,
namun suara kami terus dibungkam.
Partai…
Katanya alat perjuangan rakyat
Nyatanya gelanggang kuasa
Hari ini berangkulan,
esok saling tikam tanpa ragu
Tak ada kawan sejati
hanya kepentingan yang setia
Koalisi… ?
Sandiwara belaka,
lenyap begitu negosiasi gagal
Politik panjat pinang
yang di bawah diinjak, yang di atas ditarik
Yang menang membawa hadiah,
yang kalah jatuh tanpa tangan penolong
Semua demi kursi, demi kroni,
dan ambisi pribadi yang tak pernah kenyang
Pajak naik jadi 12 persen,
tapi hukum untuk siapa
Koruptor tertawa puas,
hukuman mereka hanya seumur jagung
“Mengapa dipersulit kalau bisa dipermudah?”
Ketahuan mencuri
Cukup kembalikan uangnya, selesai masalah.
Hukum kini lelucon murahan,
di mana pencuri diberi ruang,
dan pemberani disingkirkan.
Korupsi adalah simfoni keserakahan
pejabat haus kuasa,
pengusaha rakus,
dan pengkhianat bangsa bersorak
Korupsi bukan sekadar angka,
tapi luka yang mengoyak tubuh ibu pertiwi,
menghisap darah rakyat kecil,
meninggalkan negeri ini kering,
demi kantong para pengkhianat
Reformasi..
katanya ?
Ya pernah ada.
Lahir dari semangat yang membakar jalanan,
jerit mahasiswa menggema,
“Turunkan dia! Hapus tirani!”
Keringat dan darah menjadi saksi,
bahwa keberanian pernah hidup
Buku-buku ditinggalkan,
diganti megafon dan suara perubahan
DPR dikepung,
jalan-jalan menjadi lautan manusia.
Tapi untuk apa
Untuk melahirkan generasi yang sama rakusnya
Untuk menyerahkan negeri ini
kepada tangan-tangan yang tak tahu amanah
Reformasi kini hanya cerita basi
dipoles dalam pidato murahan
dimanipulasi oleh mereka yang bahkan tak pernah berdiri di barisan depan
Apakah kau lupa
Semangat itu pernah besar
bara yang pernah menyala
cinta yang pernah ada untuk negeri ini
Kini hanya abu yang tersisa
Kami bertanya
Siapa yang akan meniup bara itu kembali,
sebelum semuanya padam
Sebelum tali yang kita rajut sendiri
mengikat keras,
menyeret negeri ini ke jurang kehancuran.
Waktunya hampir habis,
dan pertanyaannya tetap sama
Siapa yang akan memulai,
sebelum segalanya terlambat
Jakarta, 27 December 2024
( Saskia Ubaidi)
Sebagai potret tajam tentang bagaimana bangsa ini terjebak dalam lingkaran ketidakadilan, korupsi, dan pengkhianatan moral. kenyataan bahwa hukum yang seharusnya menjadi palu keadilan malah berubah menjadi senjata di tangan mereka yang berkuasa. Sementara itu, politik lebih menyerupai panggung sandiwara, di mana koalisi dan persahabatan hanyalah topeng sementara demi mencapai kepentingan pribadi.
Comments