Membongkar Ulang Narasi Fadli Zon tentang Tragedi Mei 1998
Membongkar Ulang Narasi Fadli Zon tentang Tragedi Mei 1998 Pernyataan Fadli Zon yang kembali meragukan adanya pemerkosaan massal dalam kerusuhan Mei 1998 bukan hanya menunjukkan kelalaian etis, melainkan juga upaya sistematis dalam mendistorsi sejarah. Dalam wawancara dengan IDN Times (10 Juni 2025), ia secara terang-terangan menyebut kekerasan seksual tersebut sebagai “cerita” tanpa bukti—narasi yang sudah berulang ia lontarkan sejak 1998.¹ Namun, klaim Fadli tidak berdiri di atas dasar yang kokoh. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) secara resmi mendokumentasikan 52 kasus pemerkosaan, dengan bukti dari perawat, psikiater, rohaniawan, dan saksi lapangan.² Bahkan Tim Relawan untuk Kemanusiaan mencatat angka yang lebih besar: 156 kasus.³ Dalam konteks kekacauan dan trauma pasca-kerusuhan, angka ini bukan saja signifikan, tetapi menjadi pengingat bahwa pelanggaran HAM berat itu nyata. Ironisnya, Fadli Zon menggunakan kerangka berpikir yang cacat secara logika dan bermasalah secara mor...