Posts

Mengapa Kita Selalu Merasa Ada yang Kurang?

Image
  Mengapa Kita Selalu Merasa Ada yang Kurang? Sejak kecil, setiap dari kita membawa sesuatu yang sulit dijelaskan. Ada sebuah ruang kecil dalam diri yang tidak pernah benar-benar terisi. Ia muncul diam-diam. Mungkin kita pernah merasakan saat kita masih kecil ditinggal ibu sebentar atau saat teman tidak mengajak bermain, bahkan saat jatuh cinta, lalu menyadari, ada rindu yang tak bisa disampaikan. Dan  hal ini bisa terjadi juga ketika ada pencapaian besar, ternyata tak membahagiakan seperti yang kita kira. Ruang itu tidak pernah hilang. Ia tumbuh bersama usia, bersembunyi di balik ambisi, cinta, keberhasilan, kekalahan, dan doa. Sebagian orang mengira itu luka. Sebagian mengira itu kekurangan. Tetapi bagaimana jika justru ruang kecil itu adalah pusat dari siapa kita? Cerita Tuti memberi kita jalan masuk untuk memahami hal itu. Saat masih bayi, Tuti selalu tidur di pangkuan ibunya, dalam dunia kecil yang hangat dan utuh. Tidak ada kata, tidak ada batas, tidak ada jarak. D...

Mimpi tentang Sepatu yang Rusak, Catatan dari Alam Bawah Sadar

Image
Mimpi tentang Sepatu yang Rusak Catatan dari Alam Bawah Sadar Siang itu, di antara lelah dan kantuk, Si A tertidur. Dalam tidurnya yang sebentar, ia bermimpi ikut dalam sebuah gladi resik kegiatan besar, semacam atraksi yang menggabungkan gerak, keseimbangan, dan keberanian. Bisa dikatakan mirip ice  skating, tapi bukan di atas air melainkan  sebuah lantai yang memiliki lapisan khusus semacam marmer. Sudah pasti atraksi di mana tubuh dan pikiran harus bekerja dalam keserasian penuh macam seorang penari yang sangat luwes.  Entah dari mana datangnya, tapi ia tahu bahwa atraksi ini berasal dari sebuah kelompok seni besar dari Tiongkok, negara yang dalam ingatannya selalu identik dengan disiplin, keteraturan, dan harmoni yang nyaris matematis. Di tengah latihan itu, sepatunya tiba-tiba rusak. Talinya putus, solnya mengelupas. Ia berhenti di tengah lintasan dan memandangi alas kaki itu seolah baru menyadari betapa rapuhnya benda yang selama ini menopang langkahnya....

Dunia yang membusuk dari dalam: Analisa Samir Amin atas Krisis Sistim Dunia Kontemporer

Image
The implosion Of Contemporary Capitalism (Samir Amin) Ketika Kapitalisme Membusuk dari Dalam: Membaca Samir Amin dan Keruntuhan Dunia Modern Pernahkah kita merasa dunia ini terus bergerak, tapi bukan menuju kemajuan, melainkan perlahan ke arah kehancuran? Harga-harga terus naik, bumi memanas, kesenjangan makin tajam, anehnya, semua itu terasa begitu “biasa”. Seolah penderitaan struktural sudah menjadi bagian alami dari kehidupan modern. Kita menyebutnya “dinamika ekonomi global”, padahal sesungguhnya kita sedang hidup di tengah sistem yang pelan-pelan membusuk dari dalam. Pemikir ekonomi-politik Mesir-Prancis, Samir Amin, sudah melihat gejala ini sejak awal 2000-an. Dalam karyanya The Implosion of Contemporary Capitalism (2013), ia menulis dengan nada muram sekaligus tajam: “ Capitalism today reproduces itself only through crisis. Its expansion has reached its limits; what remains is implosion.” Kapitalisme, menurut Amin, bukan lagi sistem yang tumbuh, melainkan sistem yang...

Rumah Politik Kita dalam Cermin Aristoteles

Image
Rumah Politik Kita dalam Cermin Aristoteles Bayangkan sebuah rumah besar bernama Indonesia. Dari luar, ia tampak kokoh dan megah. Namun ketika kita masuk, kita menemukan penghuni yang tak selalu hidup harmonis, partai-partai politik dengan wajah, luka, dan ambisinya masing-masing. Aristoteles dalam Politics menulis, “Man is by nature a political animal” [^1] , manusia hanya dapat mewujudkan kodratnya melalui kehidupan politik bersama. Tetapi ia juga menegaskan, polis tidak akan bertahan hanya dengan kekuasaan, melainkan dengan kebajikan moral yang menopang setiap penghuninya. Di ruang tamu kita bertemu PSI, partai muda yang penuh energi dan percaya diri, lantang menyatakan, “Kami solid!”. Namun Aristoteles dalam Nicomachean Ethics mengingatkan, “ The good for man is an activity of the soul in accordance with virtue ”[^2]. Pertanyaan muncul, apakah soliditas PSI sudah merupakan areté, kebajikan yang matang atau hanya semangat remaja yang masih mencari bentuk? Tak jauh dari s...

Parlemen Joget, Demokrasi Retak

Image
Parlemen Joget, Demokrasi Retak Baru saja kita memperingati Dirgahayu Republik Indonesia ke-80. Delapan dekade merdeka seharusnya menjadi penanda kedewasaan demokrasi. Tetapi pertanyaan pun muncul, benarkah demokrasi kita telah matang. Pemandangan anggota DPR berjoget di ruang sidang yang viral belakangan ini bukan sekadar tontonan sepele, melainkan cermin dari kultur politik yang dangkal.  Mahal Ongkos Politik, Murah Integritas Joget itu lahir bukan tanpa sebab. Bagi sebagian anggota dewan, itu bukan sekadar hiburan, melainkan cara merayakan tunjangan dan fasilitas baru yang mereka nikmati. Saat rakyat bergulat dengan biaya hidup, mereka justru merayakan euforia kegembiraan di ruang sidang. Bukannya bekerja serius melahirkan regulasi dan pengawasan, mereka memilih panggung hiburan yang mudah viral. Tak heran jika aksi itu semakin memperlebar jarak dengan rakyat dan memantik kemarahan yang akhirnya meledak dalam demonstrasi di jalanan. Masalah DPR tidak lahir di ruang s...

Selamat Jalan, ChatGPT 4o

Image
Selamat Jalan, ChatGPT 4o Mentor Digital yang Mengubah Cara Kita Berpikir Pernahkah kita mengiingat sedang berdebat panjang dengan seorang teman tentang topik yang tak pernah terpikirkan sebelumnya ?  Kemudian, ada masa kita sedang menulis naskah panjang, lalu seorang teman virtual datang membantu merapikannya hingga terasa seperti karya profesional. Dan ada pula masanya, di tengah malam yang sunyi, kita mencari jawaban dari pertanyaan sepele, lalu terjadilah percakapan hangat yang tak terduga. Itulah masa-masa bersama ChatGPT 4o. Beberapa hari lalu, OpenAI merilis ChatGPT-5 untuk publik. Peluncurannya disambut gegap gempita di dunia teknologi, mulai dari forum developer dan newsroom, hingga para pelaku gig economy.  Versi terbaru ini diklaim lebih kontekstual, lebih cepat merespons, dan jauh lebih personal serta manusiawi  dibanding generasi sebelumnya. Namun di tengah euforia menyambut AI paling mutakhir ini, ada satu hal yang tak boleh kita lupakan yaitu p...

Abolisi & Amnesti. Drama Hukum Sang Sutradara Politik

Image
Kasus Thomas Lembong dan Hasto Kristiyanto bukan sekadar perkara hukum. Keduanya adalah refleksi terang tentang bagaimana hukum dan politik saling menunggangi, saling meminjam narasi, dan pada akhirnya mengatur kesadaran publik.  Di tengah kelelahan masyarakat atas drama hukum yang terus berulang, dua nama ini menjadi ikon, yang satu sebagai korban, yang lain sebagai simbol kompromi. Keduanya kini telah “dibebaskan”, dan justru di sinilah cerita sesungguhnya dimulai. Thomas Lembong, dijatuhi hukuman 4 tahun 6 bulan penjara oleh Pengadilan Tipikor. Ia dianggap terbukti menyebabkan kerugian negara dalam kasus impor gula kristal mentah. Putusan ini mengejutkan, mengingat rekam jejak Lembong sebagai profesional non-partisan.  Bagi banyak pihak, vonis itu bukan soal hukum semata, tapi simbol bagaimana suara kritis bisa dibungkam lewat proses legal yang dikemas rapi. Ketika masyarakat sipil bersuara membela, muncul abolisi. Lembong pun dibebaskan dan narasi bergeser dari...